Mencintaimu Dalam Diam
Rintik hujan sore ini membuatku kembali teringat padamu. Dalam danau seluas ini aku masih duduk tegap tanpa memperdulikan hujan yang semakin deras. Orang-orang disekitarku sudah berhamburan mencari tempat yang teduh.
Kupandangi langit yang terus menerus menurunkan airnya seakan ia menangis. Ku pejamkan mataku dan mengenang hal itu kembali.
"Ditaa, ayo sini, lu takut hujan ya?" tanya Fajar yang mencoba menggodaku.
"Apa? Ya! Aku tidak takut, sini kau akan kubuat kau menyesal." aku dan Fajar pun berlarian ditepi danau tanpa memperdulikan tatapan orang lain terhadap kami. Kami berlarian hingga kelelahan dan terbaring ditepi danau sambil menikmati terpaan air hujan yang menyentuh wajah kami lembut.
"Gue suka hujan." ucap Fajar tanpa kuminta.
"Kenapa?"
"Karena dalam hujan, gue dapat meluapkan kekacauan yang ada dihati gue bersama langit." jawab Fajar, kupandangi wajahnya yang tegas itu. Ia sedang memejamkan matanya yang membuatku semakin tertarik padanya. Ya, sejak pertemuan pertamaku dengannya tiga tahun lalu aku sudah menyimpan perasaan aneh itu.
"Dita, kita balik yuk, hujannya udah reda, jadi gaseru." ucap Fajar sambil menggandeng tanganku.
Suara petir yang menggelegar membuatku tersadar akan kenyataan, kuputuskan untuk pulang, hujan masih saja mengalir derasnya. Sampai di lampu merah aku berjalan dengan gontai tanpa memperdulikan kendaraan yang mencoba untuk memperingatiku. Ketika aku memandang lurus kedepan, dapat kulihat Fajar yang seakan telat dengan adanya hujan. Aku tersenyum melihatnya, ketika aku ingin menyapanya, seorang wanita yang terlihat modis itu menggandeng tangan Fajar, Fajar menyambutnya dengan senyuman yang sangat manis, bahkan aku tak pernah melihat senyum itu.
Aku layaknya seonggok manusia yang tak berguna lagi, aku terpaku pada posisiku. Fajar melihatku dengan tatapan kaget, lalu tak lama ia tersenyum padaku, senyum yang tak semanis tadi. Kutarik napas dalam-dalam dan mencoba menguatkan diri dan mendekat kepada Fajar.
"Eh, Dita, kenalin, ini pacar gue, Novi namanya." tubuhku kaku, hatiku hancur, cinta pertamaku telah memiliki oranglain yang lebih baik dariku.
"Halo Dita, saya Novi, pacarnya Fajar." bahkan suaranyapun sangat lembut, berbeda denganku. Aku mencoba tersenyum dan terlihat baik-baik saja.
"Hey, gue Dita, temennya Fajar." ya, aku hanya teman dimatanya, tak lebih.
"Udah yaa Dit, gue telat nih, ayo sayang." ucap Fajar padaku.
Aku memandang punggungnya yang tegas dengan guyuran hujan itu. Aku kembali sakit lagi, aku memandang punggungnya semakin menjauh, entah aku berharap ia berbalik dan berlari kearahku dan mengajakku pergi. Aku merasa kasihan dengan diriku sendiri. Aku hanya dapat mencintainya dalam diam, mengagumi dalam kegelapan, dan berharap dalam kesunyian.

Komentar
Posting Komentar