Beginikah Sakitnya Mengagumi Diam-Diam?
Hari itu, aku dan kamu masih seperti anak kecil yang tak
tahu arti kata “Cinta”, saat itu aku dan kamu seakan tak pernah mengenal. Namun,
saat-saat itu mulai berubah beberapa tahun kemudian. Saat kamu memperhatikanku
yang kuanggap spesial itu—yang belum tentu untukmu—aku tersipu malu. Lewat kata-kata
manis yang kau kirimkan melalui pesan singkat yang membuatku tersenyum tanpa
alasan jelas.
Perasaan itu semakin tumbuh dan semakin besar, hal itu
mulai terasa ketika kamu mendekati wanita lain yang lebih segalanya dariku. Sosokmu
seakan hilang dalam hari-hariku. Aku marah! Mengapa harus dia yang kau dekati? Sedangkan
ada wanita yang selalu menunggumu disini, yang sudah sangat hafal gelagat dan
tingkahlakumu. Apa wanita disini tak mengisi hatimu sama sekali? Hatiku kembali
remuk, entah sudah berapa kali aku merasakan sakit hati. Kali ini aku dibohongi
lagi oleh bualan seorang pria. Aku seakan lupa bahwa pria berbeda dengan wanita
yang selalu menggunakan perasaan, aku lupa bahwa bisa saja kau memberi
perhatian yang sama terhadap wanita lain.
Hari berganti, sosokmu terlalu
dalam memasuki hatiku, aku hanya bisa mendengar kabarmu dari oranglain. Kau telah
bersama wanita itu, dan pesan singkatmu berganti tema menjadi menceritakan
sosok pacarmu yang memang lebih cantik dan lebih baik dariku. Jujur, hatiku
sakit, tapi percuma pula aku menangis keras, kau takkan memperdulikanku. Aku (berpura-pura)
terlihat baik-baik saja. Hatiku kembali kau angkat dan membawaku terbang
bersamamu ketika kau mengajakku untuk bertemu. Kau tahu? Aku sangat senang saat
itu, aku merasa menemukan sosokmu yang nyata.
Sosok yang diam-diam kukagumi, sosok yang diam-diam
kumenyimpan rasa padanya. Kulihat senyummu siang itu, senyum yang sangat manis
dimataku. Kita mengobrol sampai lupa waktu, kau tau? Aku tak berani menatap
manik matamu karena aku terlalu takut bahwa ini bukan kenyataan, bertemu
denganmu layaknya sebuah mimpi, karena ada jarak antar aku dan kamu. setiap
shalat, aku selalu menyertakan namamu, namun aku tahu, aku hanya sosok teman
untukmu, tak lebih, candaanmu kuanggap terlalu serius, terlalu percaya,
sehingga aku tak siap menerima kenyataan yang menyadarkanku bahwa kau memiliki
yang lain. Aku hanya teman! Hatiku berontak! Sudah bertahun-tahun aku
mengenalmu, namun mengapa dia yang baru mengenalmu yang kau pilih? Tidakkah kau
lihat ada perasaan yang mendalam yang terpancar dari mataku? Takkah kau
merasakan ada sesuatu yang dalam dari setiap perhatianku? Aku hanya bisa
melihat kau dari kejauhan tanpa adanya keberanian untuk menyatakan perasaan ini
yang semakin menyiksaku.
Untuk kamu, aku hanya dapat mendo’akanyang terbaik untukmu,
walau dengan kau bersamanya menandakan hatiku yang akan mati, aku tak perduli
lagi dengan hatiku, persetan dengan rasa sakitku, lukaku dapat kuobati sendiri,
mungkin kau takkan melihat tulisanku ini, namun aku hanya ingin menyatakan
bahwa aku terlalu menyukaimu, aku terlalu menggilaimu, dan sekarang, aku harus
ditampar kenyataan bahwa kau takkan memiliki perasaan yang sama untukku, aku
akan hilang dari kehidupanmu, agar kau takkan terganggu dengan wanita ndut yang
kekanakan ini pada hubunganmu. selamat tinggal pujaan hati.Tuhan, jaga dirinya baik-baik, aku sudah lelah dengan semua ini, biarkan aku bahagia sekali ini saja.


Komentar
Posting Komentar