Immortal (Part 4)
Dan seperti biasa kita langsung saja ke salam-salam. Dimulai dari salam
buat Doni, bapak KM yang paling bikin bangga 11 IPA 2 by secret admirer. Ada
juga buat Kak TR yang makin cakep, moga cepet putus sama pacarnya, biar kami
seneng, by perfect couple. aduh,jangan yang aneh-aneh dong salamnya, nanti kamu
dilabrak lho couple perfect. Dan yang baru saja masuk adalah salam buat Echa,
gue tunggu Pajak Jadiannya ya, gue dukung lu, by temen lu. Waah, buat Echa
selamet yaa okay, karena belum ada salam lagi, maka kita putar lagu Petra
Sihombing-Mine.
Aku
masih terhenyak dan terdiam dihadapan Kak Elang yang menatapku aneh, tadi, ada
salam lagi untukku? Siapa sih? Tapi kok dia tahu aku sudah jadian? Tunggu, yang
tahu aku pacaran hanya Satya, dan teman-teman. Ah, rasanya tak mungkin jika itu
Satya. Kak Elang melambaikan tangannya kehadapanku.
“Sa? Kamu gapapa kan? Kayaknya temen kamu itu iri dengan
hubungan kita.” Ucap Kak Elang senang. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Namun, pikiranku carut marut, teman-teman tega sekali. Tanpa pikir panjang aku
melahap bakso yang ada dihadapanku dan beberapa detik kemudian....
“Kak, pedas... aduh pedas kak....” ucapku tak karuan
karena pedasnya sambal. Kak Elang malah tertawa melihatku seperti orang
kesetanan. Tak lama ia pun memberikan minumannya padaku. Langsung ku tenggak
minuman itu.
“Kakak jahat.” Dan aku mempoutkan bibirku. Dia mencubit
pipiku.
“Kamu itu lucu sekali.” Jawab Kak Elang. Yaelah aku
ngomong apa dia ngomong apa dah jadinya.
“Siapa sih kak yang buat kakak yang pintar,tampan,
berkharisma, memiliki fans yang banyak ini berubah menjadi kakak yang suka
menggombal dan genit?” tanyaku usil. Dan aku dapat menebaknya.
“Kamu sayang.” Huh, dia mulai lagi. Dan jantungku kembali
berdetak kencang. Sepertinya dia membuatku gila dengan semua ini.
“Udah ah kak, udah mau masuk nih, masa iya kita bolos
lagi.” Sahutku dengan semburat merah yang muncul dipipiku, Kak Elang tersenyum
jahil kepadaku.
“Baiklah, ayo.” Jawab Kak Elang.
Saat
masuk, Angel, Sari mulai mengobrol denganku, karena guru mata pelajaran yang
belum masuk.
“Eh Sa, lu tau siapa yang paling panik ketika lu pingsan
disini?” tanya Angel mencoba membuatku penasaran
“Gak, dan..... gak mau tahu.” Jawabku ketus. Sari
menggembungkan pipi dengan kesal.
“Ih, yaudah aku kasih tau aja ya. Adi itu panik banget pas kamu udah pucet banget
kayak mayat tau. Dia langsung gendong lu dan ngebawa lu ke rumah sakit, dan di
rumah sakit, gue baru ngeliat dia nangis.” Cerita Sari tanpa diminta. Tadi...
satya? Satya yang mengkhawatirkanku? Memang, di kelas bahkan di sekolah ini
hanya aku yang memanggilnya ‘Satya’ sedangkan yang lain memanggilnya Adi. Tapi
tadi.. ah, yang benar saja, itu hal yang sedikit mustahil. Seorang Satya Adi
Permana mengkhawatirkan teman yang selalu dibullynya Vanessa Putri Amanda? Hah,
yang benar saja!
“Ah, lu bohong.” Jawabku masih terhenyak.
“Beneran, dan pas lu di rumah sakit, Adi diem aja kayak
mayat berjalan, dan dia mulai terlihat lebih hidup pas tadi lu masuk kelas.”
Sahut Angel meyakinkanku. Memang, aku pun merasa aneh dengan sikapnya
akhir-akhir ini, tetapi, mungkin itu hanya perasaanku saja, yaa, pasti hanya
perasaanku saja.
“Ah, kalian ngaco! Ga mungkin lah seorang yang
menyebalkan seperti dia mengkhawatirkanku, kecuali dia sudah salah obat.”
Jawabku dengan bibir yang bergetar, entah kenapa aku terharu dengan perkataan
teman-teman tentang Satya yang perhatian padaku.
Bel pulang pun berdering, Satya dengan santainya lewat
begitu saja dihadapanku. Aku tak yakin kalau dia mengkhawatirkanku, huh, dan
aku lihat Kak Elang sudah ada di depan kelas. Saat ia berpapasan dengan Satya
ia menebar senyum, lho? Sejak kapan Kak Elang dan Satya mengenal satu sama
lain? Sejak SMP bahkan SMA aku tak pernah melihat Satya atau Kak Elang bermain
bersama di sekolah. Atau mereka adalah sahabat? Masih banyak pertanyaan yang
berada diotakku, Kak Elang menghampiriku dan mengecup keningku. Seketika mataku
membulat sempurna seperti bola. Dengan refleks aku melihat Satya yang sama
terkejutnya denganku dan hanya berdiri mematung memandangiku dan Kak Elang. -To Be Continued-



Komentar
Posting Komentar