Guratan Kekecewaan
"Fajar, anterin gue yuk?" ucapku padanya ketika ia sedang asyik dengan gitarnya.
"Kemana? Gue sibuk, gue lagi bikin lagu buat Novi." itulah jawabannya acapkali aku mengajaknya keluar, entah, aku merasa Fajar bukanlah seseorang yang kukenal lagi, dia begitu asing dimataku.
"Fajar, gue ngerasa lu berubah, gue udah gak kenal diri lu yang sekarang." ucapku kesal. Fajar memandangiku dengan tatapan kesal.
"Dita, ngertiin gue dong, gue baru aja baikan sama Novi, sekarang lu yang ngajak berantem? Gue rasa yang berubah itu lu Dit." jawab Fajar yang berhasil membuat goresan dalam hatiku. Sakit. Itu yang aku rasakan. Fajar yang ini bukan lah Fajar yang kukenal. Aku telah kehilangannya.
Aku berjalan pergi meninggalkan Fajar yang masih sibuk dengan dunianya, melirikku pun tidak, aku berjalan namun aku pun berharap Fajar mencegahku pergi, namun ternyata hasilnya adalah nihil. Fajar masih berkutat dengan kertas-kertas, pensil dan gitar yang berada dipangkuannya.
Aku membuka pintu kamar dengan malas, aku berbaring di kasur dan memandang langit-langit, kenanganku bersama Fajar seolah berputar lagi seperti film, aku teringat saat Fajar melindungiku dari para preman gang rumah kami, saat Fajar mengajakku mendaki bersama, ketika aku kedinginan saat mendaki, dia rela hanya memakai jaket tipis karena jaketnya dipakaikan olehku, teringat pada saat ditaman hiburan wajahnya pucat ketika merasakan arum jeram, aku terkekeh, tak sadar kenanganku bersama Fajar sudah sangat banyak. Namun sepertinya Fajar sudah tak mengenang hal itu lagi.
***
Pagi hari ini adalah hari ke tiga puluh aku menjaga jarak dengan Fajar, dan reaksinya sungguh diluar dugaan, dia tak memandangku sedikitpun, ada rasa iri yang menyeruak ketika aku melihat dia pulang bersama Novi. Hingga pagi di hari Minggu ini aku melihat kejadian yang membuatku tercekat.
Kulihat Novi yang sedang berpelukan dengan seorang pria yang ternyata teman sekelas Fajar! Dia adalah Frans, aku mendekat kearahnya.
"Novi..." panggilku pelan. Novi menoleh kearahku.
"Dita......" jawab Novi tak percaya. Lalu ia menyunggingkan senyum yang menyeramkan.
"Kamu punya hubungan sama Frans?"
"Iya, kenapa? Kau ingin mengadukan ini kepada Fajar? Kau akan tau rasanya aku ketika Fajar mulai bercerita tentangmu Dita, aku kesal, aku sakit, dan sekarang aku ingin kau juga merasakannya." jawabnya ketus.
"Bagaimana kalau...."
"Novi?" ada yang memanggil, aku sangat hafal suara itu, dia memandang Novi dengan tatapan tak percaya. Dia adalah Fajar.
"Kenapa Fajar? Mulai sekarang kita putus. Kau puas?" jawab Novi santai dan meninggalkan aku dan Fajar yang terkejut dengan kejadian ini. Kulihat guratan kekecewaan Fajar, ia sejenak melihatku, aku menggeleng, mengisyaratkan bahwa aku pun tak tahu apa yang terjadi. Dan Fajar berlalu begitu saja.


Komentar
Posting Komentar